Sejak pandemi Covid-19 merebak, terjadi perubahan besar dalam strategi marketing di semua bisnis. Kini semua promosi, bahkan event, dilaksanakan melalui platform digital. Pasca Covid, kita seakan-akan jadi ‘hidup’ di internet. Marketing serta digital branding pun dilakukan dengan lebih kreatif dan menarik melalui media digital. Misalnya, seperti festival musik di Instagram, TikTok, iklan di Youtube. Ini membuat konten-konten mendapat like dan komentar dengan sangat cepat.
Sebenarnya, hal tersebut hanya merupakan bagian kecil dari perubahan besar yang terjadi dalam internet culture sekarang ini. Di mana, teknologi menjadi bagian penting dalam kehidupan kita di berbagai bidang, mulai dari di rumah, kantor hingga lingkungan sekitar. Namun, baru sedikit brand dan marketer yang mencoba mengeksplorasi channel baru ini untuk marketing.
Lantas, pertanyaannya adalah, seperti apa masa depan media kreatif setelah melalui era perubahan channel dan teknologi ini? Studi Creatology mempelajari tiga kunci utama dalam hal ini, yaitu:
The Sensory Internet – masa depan di mana teknologi di masa depan menjadi hidup, memiliki emosi dan bisa kita rasakan melalui panca indera sentuhan dan penciuman.
Total Immersion – dunia 5G, Internet of Things dan antarmuka yang termodifikasi seperti Augmented Reality.
Super Convegence – akhirnya, ini yang menjadi cerminan media di masa depan, di mana orang-orang berbelanja melalui toko online, menikmati hiburan melalui platform internet dan menikmati konser musik melalui media sosial.
Pentingnya Digital Branding di Era Pandemi Covid-19
Jika ingin mengimplementasikannya pada pemasaran, digital branding di era ini sangatlah penting. Terutama, di masa pandemi ini interaksi antar manusia secara langsung menjadi semakin berkurang bahkan makin jarang. Bahkan, sudah muncul teknologi antarmuka yang lebih canggih sekarang. Salah satunya seperti teknologi voice recognition yang diintegrasikan ke berbagai barang yang kita pakai sehari-hari, seperti mobil, lampu jalan, kompor dan masih banyak lagi.
Sementara, ‘kekuatan super’ teknologi tidak berhenti sampai di situ. Connected device kini mulai belajar untuk menginterpretasikan pola, respon dan keputusan neuro kita — jadi perangkat tersebut tidak hanya bisa memahami tulisan yang kita ketikkan saja. Seperti contohnya, Google telah membuat eksperimen dengan Neuro Aesthetics, bidang penelitian yang mengeksplorasi persimpangan antara estetik psikologis, neuroscience dan evolusi manusia.
Kemudian, tentu ada juga kemajuan pesat dalam dunia game. Game menggantikan mall, jejaring sosial dan platform hiburan kita. Lalu, ada pula peningkatan drastis untuk AI atau artificial intelligence. Contohnya, seperti asisten virtual “artificial human” Neon dari Samsung, generasi penerus holografik Siri dan Alexa.
Transisi Teknologi yang Cukup Mengejutkan Umat Manusia
Semua transisi ini cukup mengejutkan, tentu saja. Ini menandakan bahwa generasi masa depan akan semakin diverse dan fasih tentang teknologi. Mengingat pasca Covid, kita semua hidup dengan mengandalkan teknologi digital. Terkait hal tersebut, muncul juga berbagai tren baru dalam dunia bisnis.
Berikut tren ‘kekuatan super’ yang bisa menjadi referensi di era Creatology:
Brand Experience
Di masa depan, kita akan menikmati brand experience yang “berjejaring” Brand, inovator dan para creative mulai menganggap interaksi dengan teknologi sebagai sesuatu yang holistik atau menyeluruh. Jadi, mereka melibatkan teknologi untuk warna, sentuhan dan suara yang diintegrasikan ke dalam brand experience. Kemudian, semuanya bisa di-dial up atau digunakan secara real-time. Bisa juga semuanya berbasis smartphone.
Antarmuka Menggunakan Pikiran Manusia
Ini salah satu hal penting yang membuat Anda perlu melakukan digital branding. Dahulu interaksi antara manusia dan teknologi dilakukan untuk berbagi informasi atau memberitahukan instruksi. Namun, teknologi dan brand experience yang baru bisa membaca pikiran kita, serta mulai menstimulasi alam bawah sadar kita.
Artificial Intelligence
Kecerdasan buatan dulunya sempat dianggap sebagai ancaman eksistensial bagi dunia kreatif dan juga manusia. Namun, kini A.I. digunakan oleh berbagai industri untuk menciptakan brand experience yang baru. Bagi generasi berikutnya, A.I. adalah kolaborator dan stimulan untuk kreativitas, dan bukan musuh.
Social-tainment
Pasca Covid, muncul perilaku baru dan media hiburan baru. Instagram Live dan user-generated content, serta interaksi dan komentar live dalam video streaming, hanya merupakan salah satu saja dari perubahan besar yang terjadi. Salah satu contohnya, Samsung telah memperkenalkan Sero TV, yang bisa ditonton dalam mode portrait sehingga dapat dioptimalkan untuk menikmati media sosial dan menonton video. Kita bakal makin banyak bereksperimen dengan seni dan media hiburan sosial dan interaktif.
Chatbot
Asisten yang baru kini bukan lagi seorang manusia sebagai customer service. Namun, sebagai gantinya hampir semua perusahaan akan menggunakan chatbot dan virtual human avatar yang kognitif, mampu bercakap-cakap dengan kita seperti saat kita mengobrol dengan teman melalui Zoom. Asisten avatar ini memiliki visual dan suara yang benar-benar menyerupai manusia.
Platform
Perusahaan tech besar dari brand-brand mulai menggunakan pendekatan ekosistem virtual untuk hiburan, musik, iklan dan jejaring sosial. Fungsi dari masing-masing platform juga bertukar. Game komputer menjadi jejaring sosial. Jejaring sosial seperti Twitter akan memperkenalkan fitur rekam suara. Sementara, Instagram dan Spotify akan menghubungkan musik dan visual taste.
Begitu besar perubahan yang terjadi pasca Covid-19. Terutama untuk bisnis Anda di mana Anda perlu beradaptasi dengan membuat strategi yang berbasis digital. Maka dari itulah, digital branding juga bisa mulai Anda terapkan sejak saat ini. Anda bisa berkonsultasi dengan Maxsol untuk mengembangkan strategi marketing digital paling tepat. Maxsol sebagai perusahaan digital creative siap menjawab pertanyaan Anda serta memberikan solusi paling efektif untuk bisnis Anda.