Pada 26 Agustus 2024, muncul tuduhan bahwa Binance, salah satu bursa kripto terbesar di dunia, telah membekukan aset kripto milik pengguna Palestina atas perintah otoritas Israel. Tuduhan ini diungkapkan oleh Ray Youssef, salah satu pendiri Paxful dan CEO platform P2P Noones, yang menimbulkan kekhawatiran serius mengenai otonomi bursa kripto dan privasi pengguna.
Tuduhan dan Hukum Anti-Terorisme Israel
Melalui unggahan di platform X, Youssef menyatakan bahwa Binance “menyita dana dari semua warga Palestina” atas permintaan Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Dia menambahkan bahwa bursa tersebut menolak untuk mengembalikan dana dan menolak banding dari pengguna yang terkena dampak. Hingga saat ini, baik Binance maupun otoritas Israel belum memberikan tanggapan resmi terkait tuduhan ini.
Di pusat permasalahan ini adalah tuduhan bahwa dompet kripto, termasuk yang dimiliki oleh warga Palestina, menerima dana dari organisasi yang dilabeli sebagai teroris oleh Israel – Perusahaan Bursa Dubai. Organisasi yang berbasis di Gaza ini telah ditandai oleh otoritas Israel pada tahun 2022.
Binance dilaporkan menanggapi banding dari pengguna Palestina dengan merujuk pada surat yang ditandatangani oleh Paul Landes dari Biro Nasional Israel untuk Pembiayaan Anti-Teror pada November 2023. Surat tersebut mengutip undang-undang anti-terorisme yang membenarkan “penyitaan sementara properti milik organisasi teroris yang dinyatakan,” termasuk dana kripto.
“Kami Semua Adalah Palestina Sekarang”: Kekhawatiran Youssef Tentang Penyitaan Kripto
Youssef menyuarakan keprihatinan bahwa bursa terpusat seperti Binance semakin menjadi “informan pemerintah” daripada platform yang aman untuk penyimpanan aset digital. Dia mengklaim bahwa Binance membocorkan informasi tentang pengguna di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) kepada IDF tanpa proses hukum yang semestinya, sebuah pelanggaran serius terhadap kepercayaan pengguna jika benar.
Youssef memperingatkan, “Bukan kunci Anda, bukan koin Anda. Kami semua adalah Palestina sekarang.”
Pernyataan ini menyoroti kekhawatiran yang semakin meningkat tentang sentralisasi kekuasaan di dalam bursa besar dan potensi intervensi pemerintah dalam sistem yang diyakini banyak orang sebagai desentralisasi dan otonom.
Insiden ini mencerminkan pola yang lebih luas dari penyitaan kripto yang terkait dengan konflik geopolitik. Pada Oktober 2023, otoritas Israel membekukan akun kripto yang diduga digunakan oleh Hamas untuk penggalangan dana. Laporan menunjukkan bahwa Binance membantu dalam menutup akun-akun yang terkait dengan Hamas tersebut.
Otoritas Israel juga menyita 190 akun Binance yang diduga terkait dengan Hamas dan ISIS pada April 2023. Pemain lain dalam ruang kripto juga terlibat dalam tindakan serupa. Pada tahun 2023, Tether membekukan 32 alamat kripto yang diduga terkait dengan aktivitas teroris di Israel dan Ukraina. Tindakan ini, yang dilakukan dengan Biro Nasional Israel untuk Pembiayaan Anti-Teror, menghasilkan penyitaan senilai $873.118 dalam bentuk USDT.