Apa itu load balancing, sebuah pertanyaan yang berkaitan dengan server dan website. Penerapan load balancing yang tampak paling jelas pada website marketplace seperti Shopee, Tokopedia, atau Lazada. Begitu pula pada website portal berita populer yang mempunyai ratusan ribu bahkan jutaan traffic.
Website yang mempunyai sistem load balancing di dalam servernya, tentu saja lebih powerful. Tetapi, apakah semua website membutuhkannya? Jika tidak semua website yang butuh, website yang bagaimana perlu memasang load balancing di server?
Dalam artikel ini, Diginews akan membantu Anda dalam memahami apa itu load balancing. Apa saja jenisnya, dan apa manfaat (kelebihan dan kekurangannya) dari sistem ini.
Apa Itu Load Balancing; Mengenal Jenisnya
Pengertian load balancing adalah sebuah sistem yang bertugas untuk mendistribusikan atau mengalokasikan traffic ke beberapa server. Sehingga ketika sebuah server mempunyai permintaan (request) yang terlalu banyak, dengan mendistribusikan ke beberapa server lain, maka server tersebut tidak menanggung beban yang terlalu berat.
Berdasarkan konfigurasi load balancing, setidaknya ada 2 jenis. Load balancing hardware dan software virtual load balancer.
1. Hardware
Hardware load balancer adalah alat yang berfungsi mendistribusikan traffic. Berhubung ini alat, maka terdapat bentuk fisiknya, diletakkan bersama server di pusat data utama. Anda perlu melakukan konfigurasi atau pengaturan batas maksimal traffic.
Jadi, saat traffic yang server terima sudah mencapai batas maksimal tersebut, maka traffic akan beralih ke server lainnya. Setiap request permintaan dapat server proses, website tidak down, serta prosesnya tetap lancar.
Jenis hardware lebih cepat daripada jenis lainnya karena menggunakan prosesor khusus. Untuk tingkat keamanan juga terjamin, perusahaan atau administrator saja yang mempunyai akses ke dalam server data. Meski begitu, jenis ini punya harga yang paling mahal.
2. Software
Software load balancer adalah perangkat lunak yang mempunyai fungsi sebagaimana hardware load balancer. Menurut pendapat teknisi, menggunakan software lebih fleksibel, sebab bisa menyeimbangkan beban dan mengubahnya sesuai dengan kebutuhan.
Terkait dengan biaya yang Anda butuhkan, software load balancer juga lebih terjangkau. Konfigurasinya menggunakan virtual machine, yang mana di dalamnya akan dilakukan proses instalasi. Dalam melakukannya membutuhkan tenaga profesional yang ahli dalam hal penanganan server.
Kelebihannya berkaitan dengan fleksibel mengatur maupun mengubah konfigurasi. Jenis software dapat Anda aplikasikan ke dalam cloud computing. Sayangnya, tidak jarang terdapat delay saat konfigurasi penginstalan berlangsung, sebab berjalan dalam ranah online.
Sampai titik ini, kita sudah memahami apa itu load balancing dan jenis-jenisnya. Berikutnya adalah cara kerja serta manfaat dari load balancer.
Cara Kerja Load Balancing
Ternyata, load balancer tidak semua website butuhkan. Website yang punya traffic dan masih sanggup server/hosting angkat, maka tidak membutuhkannya. Sedangkan jika hosting sudah maksimal (seperti cloud hosting), tetapi traffic mencapai jutaan. Untuk meminimalisir website down sangat membutuhkan load balancer.
Memilih antara hardware load balancer atau software load balancer tergantung pada perusahaan pemilik website. Sebab, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Kekurangan hardware terletak di harga yang lebih mahal, sedangkan kekurangan software bisa terjadi delay saat konfigurasi.
Terlepas dari itu, bagaimana cara kerja load balancing?
1. Pengguna meminta (request) ke server website atau aplikasi;
2. Load balancer menerima permintaan tersebut;
3. Load balancer mendistribusikan traffic ke server lain jika sudah mencapai ambang batas konfigurasi;
Ya, sebenarnya cara kerja load balancing memang sesederhana itu. Tetapi dalam penerapannya, sistem load balancing berkembang menjadi lebih baru. Sistem tersebut antara lain: round robin, least connection, least response time, least bandwidth, dan IP hash.
Sistem atau metode dalam load balancer sebaiknya memilih yang tepat. Anda dapat konsultasi lebih dalam dengan teknisi atau tempat Anda sewa server. Masing-masing sistem di atas juga punya metode dalam mengalokasikan trafficnya ke server lain.
Apa Itu Load Balancing; Mengenal Kelebihan dan Kekurangan
Agar lebih jauh memahami apa itu load balancing, sebaiknya kita juga paham apa saja kelebihan (manfaat) dan kekurangan (risiko) dari penggunaan sistem ini. Load balancer tampak sangat membantu, tapi apakah benar begitu?
Kelebihan Load Balancing
Berikut ini beberapa kelebihan pakai load balancing untuk website atau aplikasi.
1. Server Optimal
Berdasarkan pengertian apa itu load balancing, dapat kita simpulkan secara jelas bahwa kelebihan yang pertama berkaitan dengan optimalnya server. Load balancer akan menggunakan sumber daya setiap server dengan maksimal.
Alokasi yang semacam ini bukan tanpa alasan, dampaknya pengguna bisa mengakses website atau aplikasi dengan lancar. Penggunaan sistem ini juga membuat jaringan tetap stabil, serta meminimalisir server down.
2. Fleksibilitas Server
Fleksibelnya server di sini berkaitan saat administrator mau melakukan upgrade atau downgrade server. Anda dengan mudah mengalokasikan traffic ke server yang online, kemudian melakukan tindakan pada server bersangkutan.
Hal ini juga bermanfaat saat ada server yang rusak/down. Anda bisa mengalokasikan traffic ke server lain, sehingga website atau aplikasi tetap bisa diakses oleh pengguna. Bayangkan jika perusahaan marketplace besar servernya rusak, tidak perlu lama-lama, rusak 30 menit saja tentu kerugiannya bisa sangat raksasa.
3. Proses Distribusi Traffic
Penggunaan software load balancer konfigurasinya bisa Anda ubah sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan hardware load balancer tidak bisa diubah. Untuk optimasi distribusi traffic, penggunaan software maupun hardware sama-sama efektif.
Kekurangan Load Balancing
Berikut ini beberapa kekurangan pakai load balancing untuk website atau aplikasi.
1. Biaya Besar
Terlepas dari manfaat load balancing yang luar biasa, administrator website atau aplikasi perlu mengeluarkan biaya yang sangat besar. Terlebih jika Anda menggunakan versi hardware load balancer. Sedangkan software load balancer biayanya lebih rendah, tetapi harga itu belum termasuk jasa konfigurasinya.
2. Konfigurasi Tambahan
Konfigurasi load balancing perlu Anda lakukan jika mengalami beberapa kejadian pada sisi server. Misalnya penambahan atau pengurangan node, terjadi perubahan susunan di cluster hilir, dan sebagainya. Konfigurasi load balancing juga tidak sembarangan, karena pada saat bersamaan Anda harus mempertahankan koneksi antara client dan server.
Sebagaimana yang kami sebutkan sebelumnya, jika tidak bisa melakukan konfigurasi sendiri tentunya membutuhkan bantuan jasa. Yang mana artinya terdapat biaya tambahan lagi dalam konfigurasi ini.
3. Pemeliharaan (Maintenance)
Tambahan fitur, perangkat, dan fasilitas akan membutuhkan pemeliharaan. Sebagaimana website yang membutuhkan maintenance, load balancer juga perlu. Berdasarkan pertimbangan kelebihan dan kekurangan di atas, apakah Anda sudah membutuhkan load balancer atau belum?
Menggunakan load balancer sebenarnya cukup penting untuk menjaga website atau aplikasi tetap online meskipun terdapat traffic sangat besar. Terjadinya overload dan down pada server sangat minim terjadi.
Semoga penjelasan di atas menjawab pertanyaan Anda tentang apa itu load balancing. Ternyata, load balancing punya segudang manfaat dan kelebihan yang berguna pada server website Anda. Namun di sisi lain, membutuhkan anggaran yang lumayan besar.
Baca Juga: Apa Itu Internet of Things, Cara Kerja & Manfaatnya