Kini transformasi digital terjadi di dalam berbagai aspek kehidupan. Terutama, bagi Anda yang bekerja di perusahaan. Di masa-masa pandemi seperti saat ini, ada banyak hal yang harus dilakukan untuk menjaga kondisi organisasi Anda atau perusahaan Anda.
Melakukan transformasi digital bukan lagi menjadi suatu strategi inovasi, melainkan sebuah tindakan untuk menjaga keberlangsungan hidup organisasi. Ini juga menimbulkan banyak pertanyaan oleh berbagai organisasi khususnya di masa pandemi ini, yaitu apakah transformasi digital cocok diterapkan tantangan dalam menjaga keberlangsungan organisasi.
Keterlibatan Teknologi dalam Investasi Digital
Banyak organisasi yang meragukan transformasi digital sebagai tindakan tepat untuk dilakukan. Sebab, untuk keberhasilan transformasi ini maka dibutuhkan perubahan besar dalam budaya perusahaan. Apalagi, di saat-saat pandemi COVID-19, perusahaan sudah banyak melakukan adaptasi untuk menghadapi berbagai tantangan.
Saat ini, masyarakat dan pasar seakan memiliki pemikiran yang bertentangan. Namun, menurut survei pulsa COVID-19 PwC, 32% Chief Financial Officer (CFO) di Amerika Serikat masih menganggap bahwa investasi teknologi membantu mendorong pertumbuhan. Namun, satu dari lima CFO menganggap bahwa teknologi adalah cara untuk mengurangi biaya.
Di sisi lain, ada banyak CFO yang menghentikan pengeluaran khususnya proyek investasi dengan skala besar. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk bertahan di masa-masa yang penuh ketidakpastian ini. Sementara, pilihan untuk tidak berinvestasi demi menjadikan perusahaan kompetitif, dalam jangka menengah justru bisa berisiko bahaya untuk keberlangsungan organisasi.
Dunia Bisnis Harus Beradaptasi, Bukan Hibernasi
Berlakunya kondisi new normal mengubah semua aspek kehidupan yang selama ini sudah berjalan seperti biasanya. Orang-orang jadi harus berada di rumah saja. Semua kegiatan pun dilakukan di rumah secara online, mulai dari belajar di sekolah, bekerja, hingga melakukan interaksi apapun. Adanya pembatasan ini membuat dunia usaha harus bisa bersikap responsif. Jadi, cara yang terbaik untuk dilakukan adalah beradaptasi dan bukannya hibernasi. Cara adaptasi yang paling tepat adalah go digital.
Perubahan digital ini bukan menjadi beban, tapi justru peluang. Bisnis yang mampu bertahan di masa-masa seperti sekarang ini dengan menggunakan metode digital, mereka akan mampu mempersiapkan diri untuk menghadapi fase pertumbuhan di masa mendatang. Mereka jadi mampu beradaptasi dengan perubahan kebutuhan pelanggan, serta bisa menciptakan model bisnis dengan kondisi baru dan juga melakukan kegiatan operasional yang efisien.
Cara Melakukan Adaptasi dengan Teknologi Digital
Menurut Direktur Jenderal Kementerian Informasi dan Komunikasi (Kominfo) Ismail, saat ini bisnis perlu melakukan investasi cepat, sebagai pondasi untuk menyesuaikan dengan lompatan pertumbuhan (leapfrog), sekaligus menangkap potensi baru (untap market, melakukan efisiensi atau memberikan layanan baru).
Jika melihat kondisi sekarang, menurut Dirjen Ismail mereka yang bakal menjadi “pemenang” adalah yang mampu cepat beradaptasi dalam menggunakan teknologi digital, dengan cara berikut:
1. Memikirkan Ulang Proses Bisnis
Anda perlu meninjau kembali proses bisnis yang kini sudah ada. Lantas, buat dan kembangkan suatu inovasi yang baru sekaligus dengan menerapkan strategi dan pola pikir digital.
2. Ekosistem Bakat Digital
Penting sekali bahwa menjadi keharusan bagi setiap orang untuk memiliki bakat digital (digital talent). Potensi ini bisa dikembangkan melalui kegiatan pelatihan untuk menggali potensi bakat di dalam diri seseorang, serta dengan merekrut tenaga profesional.
3. Komitmen Manajemen Senior
Manajemen puncak perlu mengubah pola pikir dalam merancang strategi inisiatif, agar dapat melakukan investasi di bidang teknologi digital, sehingga bisnis mampu bertahan. Bahkan, perusahaan akan dapat terus bergerak semakin jauh ke depan.
Selain itu, pemerintah Indonesia juga melakukan upaya untuk mengatasi tantangan di sektor teknologi informasi dan komunikasi (TIK), khususnya selama dan setelah pandemi COVID-19. Upaya tersebut masih menggunakan prinsip dahulu yang tetap sama. Menurut identifikasi pemerintah, ada empat tantangan utama yang menjadi prioritas, yaitu:
Menyempurnakan infrastruktur telekomunikasi. Selama pandemi, layanan telekomunikasi bagi masyarakat sangatlah penting, bahkan hingga masa-masa setelahnya. Pemerintah akan menyediakan layanan internet untuk konektivitas hingga ke semua wilayah, khususnya di 12.500 desa di seluruh negeri yang belum terlayani.
Menjaga data-data digital. Transaksi yang semakin banyak dilakukan secara otomatis menghasilkan data-data. Lantas, data yang dihasilkan tersebut digunakan serta disimpan di platform digital. Pemerintah melakukan upaya untuk melindungi semua data ini.
Mendorong pertumbuhan aplikasi dan platform lokal. Ada banyak ruang yang masih bisa diisi oleh aplikasi lintas sektor dan platform lokal.
Mengembangkan talenta digital yang kompeten. Dalam laporan Bank Dunia tahun 2016, menurut Tan & Tang, Indonesia memerlukan 600.000 talenta digital yang baru setiap tahunnya. Jika ditotal, maka pada tahun 2030 negara ini akan membutuhkan tidak kurang dari 9 juta talenta digital.
Dari ulasan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa investasi sangat penting untuk keberlangsungan bisnis Anda selama masa pandemi, bahkan untuk pertumbuhannya setelah periode COVID-19 berlalu nanti. Anda bisa berkonsultasi tentang investasi dan pengembangan bidang digital bisnis Anda bersama Maxsol. Bergerak di bidang digital creative solution selama 10 tahun, Maxsol berpengalaman dalam memberikan solusi terbaik untuk mengembangkan bisnis Anda.