Scrum tidak lagi asing bagi mereka yang sudah menemukan cara efektif dalam memanajemen sebuah projek. Namun, bagi Anda yang merasa istilah ini masih baru dan memerlukan cara sempurna untuk mengembangkan produk bisnis dengan kerangka scrum Anda bersama busa simak penjelasan lengkap berikut ini!
Scrum merupakan sebuah kerangka kerja yang menerapkan prinsip-prinsip Agile Development Methods. Kerangka kerja Scrum fokus pada pengembangan produk kompleks yang fleksible sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan customer.
Kerangka kerja Scrum dicetuskan oleh Jeff Sutherland pada 1993 yang terinspirasi dari proses pengembangan produk yang dilakukan oleh brand Honda, Fuji-Xerox dan Canon. Melihat keberhasilan brand-brand tersebutm Jeff kemudian menerapkan sebuah kerangka kerja dengan langkah-langkah tertentu yang kemudian populer dengan sebutan kerangka kerja Scrum.
Pada proses pengembangan produk, testing dan penyesuaian ulang dapat dilakukan, bahkan fokus proyek pun dapat di adjust sesuai dengan situasi dan kondisi terbaru. Maka, sangat wajar jika calon pengguna atau customer juga dilibatkan dalam proses ini.
Umumnya, kerangka kerja Scrum lebih sering dilaksanakan pada proyek pengembangan perangkat lunak atau software. Namun, kerangka kerja Scrum juga dapat dimanfaatkan untuk memanajemen berbagai macam proyek pengembangan produk, misalnya untuk pengembangan produk otomotif, produk kecantikan, produk kesehatan hingga produk jasa.
Banyak pebisnis memanfaatkan kerangka kerja Scrum untuk memanajemen sebuah proyek karena kerangka ini bisa memunculkan proses yang lebih produktif, kreatif dan efektif. Melalui cara tersebut, produk yang dihasilkan dapat memiliki kualitas yang diharapkan.
Baca Juga : Bagaimana Penerapan Sistem Informasi Manajemen yang Tepat?
Untuk melaksanakan kerangka kerja Scrum, ada beberapa pihak yang harus terlibat di antaranya :
1. Product Owner /Pemilik Produk
Product owner selaku pemilik menjadi penentu nilai bisnis produk yang sedang dikembangkan. Sebelumnya, pemilik produk juga harus memiliki persiapan-persiapan di antaranya membuat list fitur produk yang diprediksi menjadi kebutuhan customer.
Keuntungan sebuah proyek sangat bergantung pada product owner yang bertanggung jawab penuh atas kepentingan bisnis dan keuntungannya. Maka, dapat dikatakan, pemilik produk adalah bagian dari pemeran utama kerangka kerja Scrum.
2. Scrum Master/Ahli Scrum
Scrum Master adalah fasilitator yang membentuk tim untuk menjalankan kerangka kerja Scrum. Tugas utamanya adalah berkoordinasi dengan pemilik produk untuk memaksimalkan pengembangan produk sehingga menghasilkan keuntungan.
Seorang Scrum Master juga berperan menangani serta mengelola hambatan-hambatan yang dihadapi selama masa proses berjalannya pengembangan produk. Menyelesaikan konflik-konflik internal dalam tim juga menjadi tanggung jawab Scrum Master. Tentunya, memberikan bimbingan dan pelatihan guna meningkatkan skill tim juga sangat diperlukan dan menjadi bagian dari tugas seorang Scrum Master.
3. Development Team/Tim Pengembangan
Tim pengembangan terdiri dari beberapa orang dengan skill khusus sesuai kebutuhan pengembangan produk. Umumnya tim ini diisi oleh programmer, writer, designer atau individu dengan skill khusus lainnya. Berkumpulnya beberapa individu dengan aneka skill akan memunculkan proses tukar pandangan dari berbagai sisi yang kemudian memberi dampak positif terhadap produk yang sedang dikembangkan
Setiap yang terlibat sudah memiliki tugasnya masing-masing. Lalu, bagaimana rangkaian menjalankan kerangka kerja Scrum? Simak ulasan berikut ini!
1. Membuat Product Backlog/Fitur Produk
Product backlog atau fitur produk sangat diperlukan untuk mengetahui daftar kebutuhan pengguna. Pemilik produk perlu menganalisis daftar fitur dan fungsinya sebagai solusi untuk kebutuhan pengguna.
Sebagai contoh, misalnya seorang pebisnis produk kecantikan ingin mengembangkan sebuah produk kosmetik. Maka, ia harus menganalisis “masalah apa yang banyak dialami oleh para customer?” guna mengetahui fungsi apa yang dapat menjadi solusinya.
Berdasarkan riset yang telah dilakukan oleh pemilik produk, daftar ini kemudian akan menjadi dasar dalam proses pengembangan produk. Daftar ini juga dapat diurutkan berdasarkan prioritas fungsi yang ingin diunggulkan atau berdasarkan tingkat resikonya untuk mengetahui mana yang lebih dulu harus dikerjakan.
2. Memperbaiki Backlog
Setelah daftar backlog produk disuguhkan pada tim, pemilik produk harus memastikan bahwa daftar tersebut sudah sesuai dengan apa yang dibutuhkan customer. Pada proses ini pula dilakukan pembedahan terhadap setiap poin backlog agar menghasilkan daftar backlog yang maksimal dan sesuai.
Proses diskusi akan menghasilkan koreksi atau disebut dengan refinement backlog. Dengan begitu, pemilik produk dapat memastikan estimasi pengerjaan setiap poin dari daftar yang sudah maksimal.
3. Rapat Sprint Planning
Setelah menyepakati kebutuhan dan fungsi produk, Scrum team segera membuat sprint planning atau rencana pengerjaan proyek. Istilah sprint merujuk pada pembatasan waktu dalam menyelesaikan setiap backlog. Beberapa hal yang menjadi poin bahasan di antaranya tujuan sprint, kinerja terkini dan sebelumnya, cara menyelesaikan backlog dan estimasi untuk setiap produk backlog.
Khusus hal ini, development team diberikan ruang untuk menentukan target dan proses pelaksanannya sesuai dengan skill masing-masing.
4. Daily Scrum
Langkah berikutnya ialah daily Scrum atau dapat pula disebut daily meeting untuk memantau progres pengembangan produk. Beberapa poin penting yang perlu dibahas adalah bagaimana proses pengerjaan sebelum dan sesudah hari pertemuan hingga hambatan yang dihadapi selama proses pengerjaan. Menjadwalkan daily scrum selama 15 menit per hari sudah cukup untuk memantau perkembangan proyek.
4. Melakukan Sprint Review
Proses sprint review diisi dengan kegiatan demo pekerjaan dan review produk backlog yang berhasil diselesaikan. Sebagai langkah penentuan apakah hasil kerja tersebut sudah sesuai dengan target yang diharapkan, dikenal istilah Definition of Done yang dilakukan dengan diskusi untuk menyamakan persepsi antar anggota tim.
5. Sprint Retrospective
Proses ini merupakan evaluasi kerja. Tiga hal yang akan dibahas adalah masalah yang terjadi, hal yang perlu diperbaiki dan cara untuk memperbaikinya.
Sebagaimana paparan di atas, kerangka kerja Scrum digunakan untuk proses manajemen proyek agar lebih efektif dari sisi produktivitas dan kreativitas. Namun, ada beberapa keuntungan lainnya seperti :
Menghasilkan Kualitas Produk yang Lebih Baik
Melalui serangkaian proses yang dilakukan, diskusi dan koreksi berulang serta evaluasi dan pencapaian kesepakatan, menggunakan berbagai macam perspektif akan berdampak besar pada kualitas produk.
Mempercepat Proses Pengembangan
Dengan pola kerja yang terorganisir, proses pengembangan memiliki target terukur dari sisi kualitas dan waktu sehingga prosesnya menjadi jelas. Target yang telah disepakati akan menjadi tolak ukur keberhasilan pengembangan produk. Tanpa target, proses pengembangan dapat terombang-ambing dalam ketidakpastian.
Memperbesar Keuntungan/ROI
Return of Investmen menjadi poin penting di bidang bisnis. Dengan menggunakan kerangka kerja Scrum proses pengembangan memiliki target waktu dan ritme kerja yang produktif sehingga dapat segera dirilis dan membuka peluang keuntungan. Semakin cepat, semakin untung.
Meningkatkan Kepuasan Pelanggan
Jika mampu membaca kebutuhan dan solusi dengan tepat dan cepat, kepuasan pelanggan akan meningkat karena kualitas produk yang dihasilkan.
Meminimalisir Kegagalan Produk
Produk yang direncanakan dan dikerjakan secara matang akan memberikan hasil maksimal, sehingga tingkat kegagalan produk menjadi minimal.
Sebagai seorang pebisnis, Anda memerlukan manajemen proyek yang efektif bukan? Mungkin kerangka kerja Scrum adalah solusi yang tepat mengingat sederet keuntungannya.