Bagi seorang developer aplikasi, unit testing menjadi tahapan yang wajib dilakukan. Sebab, dalam tahapan ini sebuah software akan diuji kualitasnya dan menentukan apakah software tersebut bisa digunakan dengan baik oleh pengguna.
Ibarat mobil, software juga terdiri dari beberapa komponen yang saling berhubungan satu sama lain. Jika mobil punya ban, rem, setir, gas, dsb., dalam software ada komponen fungsi, metode, modul, kode, prosedur, maupun objek.
Oleh sebab itu, setiap komponen yang ada pada software harus dipastikan sudah memenuhi standar sebelum dipasarkan. Dalam tahapan unit testing ini, ada tiga jenis atau teknik yang biasa dilakukan. Nah, dalam artikel ini Anda akan mempelajari ketiga jenis unit testing aplikasi ini.
Jenis-jenis unit testing aplikasi
Black box testing
Secara singkat, Black box testing merupakan rangkaian uji coba yang dapat melihat user interface (UI), input dan output dari suatu sistem software tanpa mempelajari lebih jauh internal programnya. Mirip seperti kotak berwarna hitam, Anda hanya dapat mengamati apa yang masuk dan keluar dari kotak tersebut.
Pada praktiknya, seorang developer harus menguasai tiga jenis Black box testing. Pertama, functional testing, lalu non-functional testing, dan yang terakhir regression testing.
Functional testing adalah uji coba yang fokus pada fitur serta fungsi utama, vital, dan spesifik dari sebuah aplikasi. Dengan melakukan proses ini, developer akan mengetahui apakah programnya benar-benar aman untuk digunakan oleh user? Selain itu, developer juga dapat memastikan bahwa user hanya bisa login menggunakan email, username, dan password.
Non-functional testing bisa dibilang menjadi uji coba yang memverifikasi fungsi dari perangkat lunak saat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh pengguna. Di samping itu, ini juga bisa digunakan untuk melihat apakah software yang dikembangkan sudah responsif atau belum. Dalam artian, software bisa berjalan baik pada sistem operasi dan ukuran layar yang berbeda-beda.
Regression testing adalah tipe pengujian yang dilakukan untuk mengecek apakah sebuah aplikasi mengalami kemunduran (regresi) saat diperbaharui, Dalam tahap ini, developer dan tim penguji harus menyelidiki aspek fungsional dan non-fungsional. Dengan begitu, nantinya akan diketahui mana fitur yang bermasalah pada versi terbaru.
Kelebihan metode black box testing
Beberapa kelebihan yang membuat black box testing ini bermanfaat bagi developer ialah:
- Para penguji tidak harus menguasai bahasa pemrograman yang digunakan
- Pengujian dilakukan menggunakan sudut pandang user sehingga konsistensi atau ambiguitas nya jadi lebih spesifik.
- Mampu mencari kekurangan sejak dari awal pengujian secara cepat, baik kekurangan yang sederhana hingga yang benar-benar kompleks.
- Masing-masing penguji dan pengembang dapat bekerja secara mandiri tanpa harus mengganggu proses kerja yang lainnya
- Memiliki efisiensi segmen kode besar
Kekurangan metode black box testing
Metode black box testing memiliki tiga kekurangan yang perlu kamu perhatikan sebelum melakukan setiap prosedurnya.
- Pertama potensi kesalahan yang tidak diketahui sangat tinggi sebab para penguji tidak mempunyai pengetahuan teknis
- Pengujian cenderung dilangsungkan secara buru-buru dan kurang teliti karena harus mengejar deadline
- Developer akan kesulitan mendesain uji kasus sebab tidak ada spesifikasi yang jelas.
White Box Testing
White box testing atau biasa disebut transparent box testing atau glass box testing ini adalah pengujian yang dilaksanakan untuk meninjau desain, struktur internal, fungsi, serta detail implementasi dari suatu aplikasi. Karena itu, yang biasanya diuji dalam white box testing adalah struktur yang rusak, keamanan, data flow, dan loop.
Para developer biasanya membagi pengujian menjadi beberapa kasus dan mengeceknya menggunakan struktur kontrol serta desain program secara procedural. Singkatnya, white box testing adalah metode yang akan menjadi petunjuk bagi developer untuk memperoleh program yang benar.
Kelebihan pengujian white box testing:
- Lebih efisien ketika digunakan untuk menemukan masalah dan kesalahan pada suatu aplikasi.
- Bisa bermanfaat untuk seluruh proses pengujian asal penguji memiliki pengetahuan mengenai bagian dalam aplikasi yang diuji.
- Dapat menemukan kesalahan yang tersembunyi
- Sangat membantu dalam mengoptimalkan kode
Kekurangan pengujian white box testing:
- Membutuhkan sumber daya yang besar ketika diimplementasikan pada aplikasi yang besar, atau bisa juga dibilang sebagai pemborosan sumber daya.
- Pengujian harus dilakukan oleh orang yang benar-benar berkompeten dan mengetahui pengetahuan khusus tentang bagian internal dari aplikasi yang diuji
- Memerlukan kode akses saat akan melakukan pengujian
Grey box testing
Grey box testing adalah kombinasi dari black box testing dan white box testing. Dengan demikian, pengujian ini mengecek sebuah aplikasi menurut spesifikasinya namun dengan cara kerja dari dalam. Singkatnya, ini adalah pengujian yang ideal untuk memverifikasi kualitas suatu aplikasi.
Apalagi grey box testing ini dapat mengetahui sebagian struktur internal, utamanya akses ke dalam dokumentasi struktur data internal dan algoritma yang diterapkan. Biasanya developer menggunakan pengujian ini untuk menemukan kecacatan yang diakibatkan oleh struktur kode yang tidak tepat atau cara penggunaan aplikasi yang tidak sesuai.
Kelebihan grey box testing
- Pengujian ini dapat mengambil kelebihan dari kombinasi dua metode pengujian yang lain serta melangsungkan percobaan pada saat testing.
- Pengujian dilakukan berdasarkan tampilan arsitektur dan spesifikasi fungsional
- Pengujian ini juga cocok untuk menangani skenario uji coba seperti penanganan eksepsi, tipe data, dan protokol komunikasi
- Grey box testing menerapkan batasan yang ketat untuk pengujian yang dilakukan oleh penguji dan developer.
- Grey box testing dapat menggabungkan input dari penguji serta developer, sehingga seluruh kualitas aplikasi dapat ditingkatkan
- Lebih hemat biaya jika dibandingkan dengan dua jenis unit testing lainnya
- Memberikan developer waktu untuk memperbaiki bug pada program
- Pengujian dilakukan berdasarkan sudut pandang user, bukan sudut pandang desainer.
Kekurangan grey box testing
- Dalam metode pengujian grey box testing ini, binary dan sumber kode akan menghilang sebab adanya batasan akses terhadap struktur internal. Selain itu, aplikasi yang diuji juga dapat melahirkan akses yang terbatas pada kode path traversal
- Grey box testing lebih sulit dilangsungkan pada aplikasi yang sudah disebarluaskan sebab proses identifikasi bug atau kecacatan cukup rumit. Akan tetapi, pengujian ini juga bisa mengidentifikasi bagaimana sebuah sistem bisa memiliki bug untuk layanan web.
- Dapat menggagalkan proses operasi yang sedang berlangsung, khususnya jika ada beberapa jenis kegagalan pada komponen yang sedang diuji.
- Dalam beberapa kasus, tes yang dilangsungkan secara menyeluruh namun justru menghasilkan konten yang salah
Itulah pembahasan mengenai jenis-jenis unit testing aplikasi berikut kelebihan dan kekurangannya. Untuk mempraktekan ketiganya pasti akan rumit dan juga kompleks, namun semua tenaga dan pikiran yang Anda gunakan akan sebanding dengan hasilnya.
Dan jika Anda mempunyai passion serta potensi di bidang ini, mempelajari setiap jenis unit testing aplikasi akan menjadi proses yang sangat menarik dan bermanfaat bagi masa depan Anda.
Baca Juga: Development Aplikasi yang Perlu Kamu Tahu