Tahap startup atau siklus hidup di dalam sebuah bisnis ada beberapa fasenya. Sebagai seseorang yang sedang bergelut di dunia bisnis, maka perlu tahu dan memahami hal tersebut.
Tentu keinginan para pebisnis awal atau perusahaan startup ialah bisa memiliki masa depan cemerlang untuk perusahaannya. Dengan belajar hal ini maka seseorang akan memiliki gambaran untuk berkembang.
Yakni seperti membuat berbagai keputusan dalam menentukan arahan bisnis startup. Serta dapat melakukan evaluasi dan perbaikan pada apa yang sedang terjadi pada perusahaan Anda.
Bagaimana Mulai Merintis Bisnis? Apa Saja Tahap Startup?
Perusahaan startup merupakan suatu proyek kewirausahaan yang sedang berusaha. Baik dalam fase melakukan investasi sendiri atau dengan bantuan pihak ketiga dalam menjalani proses menuju monetisasi sukses.
Meski bisa dikatakan memiliki risiko kegagalan yang besar, namun perusahaan hebat seperti Amazon, Google, Apple, dan lainnya juga pernah melalui fase merintis.
Ada beberapa fase yang bisa dibagi untuk tahap startup bisa maju dalam perjalanan mereka menuju monetisasi yang sangat dibutuhkan pasar. Suatu startup akan berhasil apabila bisa memecahkan suatu kesulitan yang ada pada industri ia beroperasi.
Meski tingkat kegagalan cukup tinggi, namun keberhasilan bisa pebisnis ukur dari beberapa fase tahap startup berikut ini.
1. Tahap Pre-Seed
Merupakan fase awal yaitu untuk melakukan analisis bisnis dalam suatu proyek dan mendeteksi permasalahan pasar secara nyata. Startup bertindak dalam melakukan proses pemberian solusi atas masalah tersebut.
Tantangan startup dalam menentukan kunci solusi itulah yang menjadi bagian penting dalam suatu keberhasilannya. Namun dalam hal ini tetap memperhatikan faktor lain, jadi tidak cukup sekadar memperhatikan permasalahannya saja.
Pebisnis juga perlu untuk menilai suatu intensitas dan tingkat keparahan untuk melakukan evaluasi terhadap dana peluang. Yang terpenting lagi juga memperhatikan saat mempertimbangkan alternatif para pesaingnya.
Sebagai seorang pebisnis tidak boleh mudah puas, harus terus melakukan perkembangan. Misalnya untuk bertanya kepada diri sendiri terkait beberapa hal berikut.
- Apakah solusi yang perusahaan temukan merupakan jawaban secara nyata untuk suatu pemecahan masalah?;
- Bisakah solusi Anda mampu mempengaruhi titik permasalahan di dalam industri tersebut atau mengurangi penerimaan target market?;
- Apakah solusi yang Anda buat sudah ada dan mirip dengan solusi kompetitor?.
Selain itu, dengan mendengarkan apa yang pelanggan rasakan adalah suatu langkah yang tepat. Karena semakin banyak sudut pandang akan semakin besar pula peluang untuk menentukan secara lebih tepat poin-poin penyelesaian.
Analisis yang pebisnis lakukan pada fase pre-seed merupakan suatu tahap ide. Pada tahapan ini dapat melakukan proses meyakinkan seseorang agar mau melakukan sesuatu bersama Anda.
2. Tahap Seed
Fase selanjutnya dalam tahap startup ialah pembenihan. Pebisnis mencari suatu hal penting untuk memvalidasi model bisnis. Keputusan penting bisa Anda buat, misalnya seperti menentukan metodologi yang akan startup gunakan untuk membangun perusahaan.
Fase ini bisa mencari materialisasi pertama untuk suatu startup, kemudian melakukan pengembangan prototipe. Langkah tersebut sebagai suatu proses eksperimen kecil untuk memvalidasi ide awal agar bisa menjadi dasar startup.
Pada tahap ini merupakan proses Anda membuat banyak iterasi hingga bisa menemukan solusi yang pas. Validasi ide merupakan suatu proses yang mana mengumpulkan data dari hasil eksperimen.
Tujuannya agar bisa mencapai keputusan yang cepat, tepat, informatif, dan bebas risiko. Adapun untuk tahap pendanaan di fase ini seperti sebelumnya, yakni mendapatkan dari sumber daya pribadi pengusaha dan pendapatan yang perusahaaan hasilkan.
3. Early Stage
Pada fase awal tahap startup bisa membiarkan ide berkembang hingga menjadi suatu produk pasar. Pada tahap ini bisa melakukan peluncuran tes terhadap suatu produk. Meski demikian pada fase ini bukan merupakan tahapan final.
Karena masih perlu melihat produk yang pebisnis uji serta melihatnya sebagai suatu Minimum Viable Product (MVP). Terkait dengan produk minimum yang layak merupakan suatu model yang tidak ada fungsi penuhnya.
Sehingga pengujian menjadi lebih mudah dan tidak terlalu rumit. Kemudian hasil informasi bisa pebisnis kumpulkan kemudian melakukan analisis dan evaluasi. Apakah sudah memenuhi kebutuhan pelanggan atau belum.
Tahap perbaikan tentu perlu melakukan pembaruan untuk menemukan solusi yang lebih mudah. Seringkali pada tahap ini startup telah memiliki tim khusus yang ikut andil megembangkannya meski dalam skala kecil.
Pada fase awal ini merupakan kunci yang hendak membantu pebisnis dalam memahami sepenuhnya suatu efek di dalam skenario bisnis perusahaan.
4. Growth Stage
Growth stage merupakan fase dimana sebuah permintaan pasar secara lebih kuat bisa terpenuhi oleh produk atau layanan Anda. Artinya akan ada peningkatan dalam hal ini.
Seperti pelanggan baru, pelanggan lama yang melakukan transaksi secara berulang, dan penagihan. Profit di sini merupakan suatu hal penting dan membuat suatu tim mulai tumbuh dengan proses yang lebih baik.
Adanya perekrutan tenaga untuk tim dan sebagainya. Perlu pebisnis ketahui bahwa di dalam fase ini, peluang kerugian cukup tinggi. Meski produk dan layanan sudah mendapat permintaan penuh dari pasar secara stabil, namun bukan berarti bisa selamanya.
Pebisnis harus menyesuaikan perusahaan untuk mendekati sektor audience atau target pasar yang baru. Bahkan perlu juga menempati beberapa ruangan yang mungkin tidak terencana sebelumnya namun ternyata yang malah berpotensi bagus.
Terkait dengan pendanaan penting sekali, karena di tahap ini cukup bagus untuk menutupi perubahan yang ada sebagai pijakan ke langkah selanjutnya.
5. Expansion Phase
Berhadapan dengan definisi istilah startup secara lebih luas, scaleup menjadi model bisnis yang perlu dipertimbangkan. Karena terbukti memungkinkan untuk melakukan proses berbisnis secara ambisius.
Contohnya seperti melakukan ekspansi bisnis ke bidang lain, melakukan globalisasi secara internasional atau proses perekrutan dengan lebih profesional. Pada tahap ini, perusahaan telah maju dalam melakukan eksekusi bisnis. Sehingga proses pertumbuhan menjadi semakin pesat.
Baik dari sisi karyawan maupun dari sisi pendapatan perusahaan. Agar perusahaan bisa dianggap sebagai scaleup maka mereka harus tumbuh dalam 3 tahun terakhir dengan pertumbuhan tahunan minimal 20%.
Baik dari segi karyawan ataupun dari sisi omset. Ekspansi merupakan suatu wujud pencarian pasar baru yang penting untuk perkembangan bisnis. Secara umum keinginan pasar akan lebih ambisius yang bisa menyebabkan ekspansi tersebut.
Startup yang ada di titik ini sering melakukan kesepakatan kerjasama dengan perusahaan besar dan memperoleh pembiayaan. Seperti dukungan infrastruktur, melakukan perluasan model bisnis untuk menjangkau banyak pelanggan.
6. Exit Phase
Terakhir adalah di fase keluar yang sebenarnya tidak wajib dan tidak harus para startup mengambil bagian ini. Ada beberapa model bisnis yang sebenarnya memiliki tujuan untuk menjadi suatu perusahaan bernilai tinggi dalam jangka panjang.
Pada tahap keluaran ini cukup banyak modelnya, misal seperti penjualan saham pendiri ke perusahaan lain, melakukan akuisisi oleh perusahaan lain dan penawaran umum secara perdana. Hal ini berarti membuat pihak lain masuk ke dalam area bisnis Anda.
Lantas, apakah Anda seorang yang ambisius untuk memiliki suatu perusahaan startup yang sukses? Jika iya, kenali tahap startup bisa sukses tersebut dan aplikasikan pada bisnis Anda.
Baca Juga : 8 Startup Indonesia Terkemuka yang Masuk Forbes, Populer di Kawasan Asia Pasifik